Sabtu, 29 November 2014

Cinta Sesaat

Pagi ini burung berkicauan. Matahari bersinar cerah menemani setiap jejak langkahku. Langkah demi langkah,aku bejalan menuju sekolah. Hatiku begitu gembira,tak ada yang membebani,semua karena kejadian tadi malam tepat 2 tahun aku berpacaran dengan Panji. Cowok yang paling aku sayang. Tadi malam kami merayakan hari jadi kami dengan menyusuri kota Malang ini. Meskipun menurutku singkat tapi aku bahagia bisa seharian bersama Panji.
Perkenalkan namaku Putri Nathasya Radian,biasa di panggil Ciput atau Riput hehe... Riput karena aku ini tukang ribut,orang bilang aku ini orangnya ceria,gak pernah sedih,cuek tapi slalu bikin suasana rame,kalau ada aku gak bakal sepi deh. Kadang aku berfikir apa yang menarik dari aku,Panji juga kenapa mau mencintai aku? Aahh... gak tahu,pokoknya aku sayang Panji..
“Hai teman-teman... “ sapaku saat baru masuk ruang kelas
“eh Riput datang” kata Elsa
“hehe... eh temen-temen tahu gak,kemarin aku ngerayain hari jadiku sama Panji”
“Pantesan kemarin gak bisa di hubungi” kata shelsa dengan ketus
“ada apa shel,cari-cari aku segala?? Kangen yaa “ candaku
“lupa ya,udah janjian ama aku dan Elsa buat cari buku,eh kamu ngilang”
“haduwh temen-temen maaf”
“udah gpp,ntar aja kita beli” kata Elsa
Bel istirahat pun bordering
“Put,shel ke kantin yuk?” ajak Elsa
“ayo” jawab shelsa
“aku gak ikut ya,soalnya mau ke Panji dulu. Dah kangen nih,hehe...”
“huuhh...  dasar” serentak Elsa dan Shelsa
“iya udah kita ke kantin ya Put” kata Shelsa
“shiip”
Putri melangkahkan kakinya mehuju kelas XI-C,maklumlah Putri dan Panji tidak satu kelas Putri di kelas XI-G.tapi sesampai di kelas XI-C dia tidak menemukan sosok Panji. Dan dia bertanya pada sahabat Panji,Raka.
“ka,Panji mana?”
“wah,gak tahu Put”
“tumben banget gak tahu,biasanya kamu kemana-mana sama Panji”
“gak tahu Put,dia tiba-tiba ngilang”
“oia udah yaa,makasih”
“kembali ”
Saat dia akan kembali ke kelasnya,dia inget kalau si Elas dan Shelsa lagi di kantin. Ya udah Putri nyusul mereka ke kantin. Sambil jalan Putri sms ke Elsa.
“Sa,aku nyusul kalian yaaa..”
Saat di perjalanan,sengaja iseng-iseng Putri pengen lewat  belakang kelas-kelas,soalnya gak tahu kenapa dia pengen lewat sana. Sambil jalan,dia buka sms dari Elsa.
“ok”
Tiba-tiba langkah Putri berhenti karena dia melihat Panji bersama Renata alias Tata. Tata itu temen 1 eksul sama Putri,lho kok sama Panji? Putri yang keget langsung menghampiri mereka.
“ngapain kalin berdua di tempat sepi gini?” tanya Putri hampir tak percaya
“kita,kita ya pacaran Put.. Ngapain lagi kan kita lagi berdua” jawab Tata dengan nada ketus
“ini maksudnya apa yank?” tanya Putri ke Panji
“eh,,panggil-panggil syang? Panji itu pacarku sekarang. Kamu Cuma buat pelampiasan tahu!!”
Panji sayangnya sama aku ‘Tata’ bukan kamu!!”
“maksudmu apa Ta?” sambil Putri meneteskan air matanya
“masih kurang jelas nona manja?”
“hmm.. maafin aku Put” kata Panji dengan nada bersalah
Dengan cepat Putri lari meninggalkan mereka berdua. Putri tak kuasa menahan tangisnya. Dia menuju ke kelasnya XI-G. Di dalam kelas Putri menangis. Sampai istirahat tlah usai,semua siswa dan siswi memasuki ruang kelas untuk mengikuti pelajaran.
“kamu kemana sih Put? Aku sama Elsa dah nunggu kamu,tapi kamu gak datang-datang” kata  Shelsa
“hwaaa,,, hikz..hikz..hikz...” Putri menangis
“kamu kenapa Put?” tanya Shelsa
“haduwh Put,jangan nangis,ayo minta ijin ke bu Denny. Kita ke UKS aja,kamu cerita ke kita”.
Setelah sampai di UKS pun kami melanjutkan cerita
“kamu kenapa Put?” tanya Elsa
“hikz...hikz...Panji...”
“kenapa sama Panji? Cerita sama kita” kata Shelsa
“Panji...Hwaaa... sama Tata Selingkuh,,, Hikz,,”
“What?? Serius Put?”
“Sumpah Shel,tadi aku liat mereka di belakang”
“Minta dihajar itu orang” kata Shelsa yang gak trima Putri di gituin
“udah Shel,jangan gitu ini urusan Panji,Putri dan Tata. Kita gak harus ikut campur”kata Elsa
“Kita diem aja gitu maksudmu Sa?
“iya gak gitu,kita support aja Putri dari belakang”
“tapi aku gak trima ama perlakuan mereka ke Puti Sa!”
“Elsa benar Shel,Ini masalah ku dan mereka”
Keesokan harinya. Panji merasa sangat bersalah pada Putri. Dan dia ingin membicarakan masalah ini , dengan segera Panji mendatangi kelas XI-G saat istirahat pertama.
“Putri mana ? tanya Panji pada Elsa dan Shelsa
“sakit” jawab mereka serentak
“sakit apa? Panji tampak kwatir
“tauk” jawab mereka lalu meninggalkan Panji
Panji segera meninggalkan kelas XI-G. Dia benar-benar kwatir gara-gara kejadian kemarin masak Putri sampai sakit dan gak masuk sekolah. Dia berniat menjenguknya nanti sepulang sekolah.
Saat bel pulang sekolah berbunyi,dengan segera Panji mengendarai motornya menuju rumah Putri.
Saat di rumah Putri,Panji mengetuk pintu rumah Putri.
Tok..tok..tok…
Saat pintu di buka oleh bi nah (pembantu di rumah Putri)
“Eh.. den Panji”
“Putri ada bi?”
“Neng Putri sakit den?”
“sakit apa bi?”
“boleh saya masuk buat lihat keadaannya Putri bi?”
“neng Putri di rawat di rumah sakit Gayana den”
“di rumah sakit,emang dia sakit apa bi?”
“bibi kurang tahu den,Cuma neng Putri sering mimisan dan sering ke dokter tapi Cuma kontrol gak pernah di rawat den”
“oh,ya udah bi, saya langsung kesana yaa”
Panji semakin merasa bersalah,ada apa dengan Putri. Putri yang slalu ceria,Putri kenapa kamu sayang? Aku sayang kamu tapi aku juga bingung aku juga sayang Tata. Tak kuasa Panji meneteskan air matanya,dan mengemudikan motornya dengan kecepatan 100 km/jam. Dia sudah tak peduli dengan sekelilingnya.
Saat di rumah sakit,Panji mencari-cari  ruang dimana Putri di rawat. Saat Panji sudah menemukan dimana kamar Putri segera ia menuju ke kamarnya.
Saat sampai di kamar Putri,Panji melihat keadaan Putri terbaring lemah. Panji masuk di dalam kamar ada mamanya Putri.
“Siang tante”
“eh nak Panji,kok tahu Putri disini?”
“iya tante tadi Panji ke rumah tante,kata bi nah Putri sakit,sakit apa Putri te?”
“Putri sakit....” mama Putri tak kuasa menahan tangis
“Putri kenapa tante?” tanya Panji
“Putri sudah lama mengidap sakit kanker otak stadium 3 nak” mama Putri menangis.
“apa tante? Panji meneteskan air matanya
“sabarnya nak,kita harus siap. Tante harap kamu bisa jadi penyemangat buat Putri”
“iya tante,Panji akan berusaha”
“makasih Panji,semoga di detik-detik trakhirnya dia bisa bahagia bersama Putri”
“maksud tante detek-detik terakhir?”
“iya Panji,penyakit Putri sudah gak bisa di sembuhkan” mama Putri mulai menangis
Panji terdiam setelah mendengar kata-kata dari mama Putri,dan dia meninggalkan kamar dimana Putri di rawat. Ia tak kuasa menerima semua keadaan yang Tuhan berikan buat Putri. 
“Ya Tuhan kenapa harus Putri? Putri terlalu baik. Harusnya dia mendapatkan hal yang indah dalam hidupnya,kenapa harus penyakit” kata Panji dalam hati dan dia meneteskan air matanya,yang tak kuasa ia tahan.
Panji kembali ke kamar Putri di rawat. Dan di lihatnya Putri terbaring lemah tak berdaya. Wajah Putri tetap cantik meskipun sedikit pucat. 
“Put”
“Panji,kamu ngapain disini?”
“aku jenguk kamu,kenapa kamu gak pernah cerita ke aku kalau kamu”Panji meneskan air matanya
“aku gak mau kamu sedih Nji,aku gak sakit apa-apa. Pasti sembuh kok” sambil tersanyum
“iya sayang”
“Tata mana?”
“kenapa Tata sih Put?”
“kan dia pacar kamu”
“Put maafin aku,aku sayang kamu tapi juga sama Tata gitu”
“Ia udah,Panji pilih Tata aja. Buat apa Panji ada disina?”
“Panji mau jaga Putri,Panji gak akan ninggalin Putri”
Panji tak dapat berkata apa-apa. Dia tahu bahwa di salah.
Hari-harinya Panji dilalui bersama Putri,Tiap hari Panji datang ke rumah sakit untuk menjaga dan menemani Putri. Putri terlihat bahagi. Tak tampak di wajahnya kesedihan karena dia memiliki sakit kanker di otaknya. Panji juga senang bersama Putri,tapi dia sekarang bingung dengan Tata. 
“Tulalit...blumblum...” dering sms hp Panji
“kemana aja sih sayang? Jalan-jalan yuk.. kangen tahu!” pesan dari Tata
“maaf sayang aku gak bisa,ada urusan” balasan Panji untuk Tata
Setelah membalas pesan dari Tata,Panji langsung mematikan Hp-nya. Ia tak mau Putri sakit hati. Panji ingin Putri bahagia.
Keesokan harinya di sekolah.
“Panji” teriak Tata
“hai sayang”
“sayang..sayang.. kemarin kemana Hp langsung di matiin?”
“kan kemarin aku bilang,ada urusan dan bateraiku lowbet sayang”
“owh krain ma cewek lain”
“Enggaklah” terpaksa Panji berbohong,dia tak mau Tata cemburu
Saat Panji dan Tata berjalan bersama, tenyata Elsa dan Shelsa mengetahui mereka berdua’an. Shelsa dan Elsa tak trima,kalau sahabatnya yang sedang terbaring lemah tak berdaya di perlakukan seperti itu oleh Panji.
Sepulang sekolah Panji dan Tata pergi berdua,Panji ingin menemani Tata. Walaupun ia tahu Putri pasti menunggu Panji untuk datang. Tapi ternyata meskipun tak ada Panji kedua sahabat Putri Elsa dan Shelsa datang menjenguk Putri. Mereka ingin tahu gimana keadaan sahabat yang mereka sayang.
“Ripuuuuuuuuuuuut” triak Shelsa
“huus.. jangan ribut. Kamu ini Shel” kata Elsa
“hehe... kangen tahu sama Putri,gimana keadaanmu Put?”
udah baikan kok,besok pasti udah boleh pulang”
“lho kok cepet?” tanya Shelsa
“yeee,,, temenya besok pulang kok malah bilang cepet” kata Elsa
Mama Putri datang.
“Eh,Elsa ,shelsa.. lho Panji mana?”
“Panji? Gak tahu tante”
“Owh,mungkin ntar datangnya”
“lho tante,beneran Putri besok pulang?” tanya Elsa
“gak tahu tuh Putri maksa pulang mulu”
“emang udah bener sembuh Putri ,tante?” tanya Elsa lagi
“kata dokter udah baikan kok”
Malam harinya,Putri tak bisa tidur nyenyak karena di memirkan kemana Panji? Kenpa hari ini tidak datang. Dia kepikiran Panji terus,sampai pagi di tak bisa memjamkan mata.
Keesokan harinya tak di sangka keadaan Putri memburuk,kata doktek Putri terlalu banyak berfikir dan kurang istirahat. Putri koma.
Sepulang sekolah,Panji menjenguk Putri dia ingin meminta maaf karena kemarin tidak datang. Tapi dia tidak tahu kalo Putri koma. Panji bertemu dengan mamanya Putri.
“siang tante,Panji mau jenguk Putri”
“Putri,,Putri” mama Putri menangis
“kenapa Putri tante?”
“Putri koma nak”
“apa tante? Kemarin lusa dia gpp kan?”
“dia koma tadi pagi”
Panji terdiam,dia tak bisa bicara apa-apa. Apa ini salah Panji karena kemarin tak datang? Panji menyesal. Tak tahu harus berbuat apa.
Saat di rumah Panji panji teringat akan masa-mas indah bersama Putri canda tawa bersama. Cewek seperti Putri jarang ia temui. Sampai akhirnya Panji tertidur.
Tepat jam 03.00 kring...kring....kring,,, nada dering Hp-nya berbunyi.
“halo,ini siapa?”
“ini tante nank Panji” sambil menangis mama Putri menelpon Panji)
“ada apa tante ko menangis?”
“Putri nak Panji,Putri meninggal”
Dyaar.. hati Panji tak karuan,dia benar-benar menyesal.
Keesokan harinya, Putri di makamkan. Panji sangat terpukul atas kepergian Putri. Begitu pula Elsa, Shelsa dan trutama mama Putri. Mereka semua orang yang dekat dengan Putri tak menyangka atas meninggalnya Putri.
Satu minggu berlalu. Kesedihan belum bisa di hapus oleh orang-orang terdekat  Putri. Tapi mereka harus menjalani aktifita mereka. Panji yang tetap berpacaran dengan Tata,meskipun Tata berbeda 180 derajat . tapi Panji menyayangi Tata. Dan akhirnya Elsa dan Shelsa juga menerima keadaan kalo Panji akan bahagia bersama Tata.

Semangat Api yang Membara


Kubuka mataku perlahan sambil menahan kantuk. Terlihat sinar yang terang menembus kaca jendela. Aku pun beranjak dari tempat tidurku. Kubuka jendela kamarku dan kulihat indahnya mentari pagi menyinari halaman rumah yang penuh dengan bunga-bunga indah disertai dengan hembusan angin yang sejuk. Setelah diam sejenak, aku tersadar bahwa aku belum bersiap-siap untuk sekolah. Ku segera mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Ku basahi seluruh tubuhku dengan air yang sangat dingin bagaikan air es yang baru saja keluar dari kulkas.  Setelah memakai seragam dengan rapi, segera saja aku menuju ruang depan.
“Bu, hari ini kita sarapan apa?” tanyaku.
“Sarapan seadanya saja ya nak, persediaan makanan kita tinggal sedikit, ibu belum punya uang untuk membeli makanan.” jawab ibu sambil membelai rambutku.
“Baik bu, tidak apa-apa kok. Alhamdulillah masih ada makanan.” kataku sambil duduk di kursi dan segera memakan sepiring nasi berisi tahu dan tempe dengan segelas the hangat.
Setelah sarapan, aku pun beranjak dari kursi dan segera pamit kepada ibu.
“Bu, Farah berangkat dulu ya…”
“Iya, hati-hati di jalan ya nak…”
Setelah pamit kepada ibu, aku segera mengambil sepedaku. Karena jarak sekolah dengan rumahku dekat, aku biasa berangkat sekolah dengan sepeda. Selain itu, ibu juga tidak mempunyai kendaraan untuk mengantarku ke sekolah. Memang, aku adalah anak orang yang kurang mampu. Rumahku sederhana dan tidak berisi barang-barang yang mewah. Tapi, aku tetap bersyukur karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk bisa bersekolah.
“Hai Farah!” sapa Dinda, sahabatku sesampainya di depan gerbang sekolah.
“Halo…” jawabku sembari turun dari sepeda. Kita pun berjalan menuju kelas sambil mengobrol tentang tugas-tugas yang belum selesai.
“Eh, apa itu?” langkahku terhenti saat melihat sebuah pengumuman di papan pengumuman sekolah.
“Ha? Lomba memasak masakan tradisional? Kapan??” Dinda mencermati pengumuman itu.
“Tanggal 24 Desember di Bangsal Sekolah.” lanjut Dinda sambil membenarkan letak kacamatanya. Dia memang memakai kacamata karena matanya minus.
“Teeeettt….!” tiba-tiba suara bel terdengar dengan nyaring. Aku dan Dinda segera berlari menuju kelas. Sesampai di kelas, kita langsung duduk masih dengan napas tersengal-sengal karena habis berlari terburu-buru.
“Farah….! Tungguu… Aku pulang sama kamu ya…” kejar Dinda tergesa-gesa.
“Iya, iya.” jawabku sambil mengayuh sepeda dengan pelan sambil menunggu Dinda. Rumah Dinda tidak terletak terlalu jauh dari sekolah, bahkan rumahnya berada di dekat rumahku. Jadi, dia juga sering pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Walaupun dia anak orang yang berkecukupan, dia tidak sombong dan sangat suka berbagi. Beruntung sekali aku punya sahabat seperti dia.
“Eh, ngomong-ngomong, kamu jadi ikut lomba memasak masakan tradisional itu nggak?” kata Dinda setelah keluar dari gerbang sekolah.
“Hmm, gimana ya? Sebenarnya kalau aku mau ikut, aku bisa meminta tolong ibuku mengajariku memasak, ibuku kan sering memasak masakan tradisional.” jelasku pada Dinda yang memang tidak terlalu tahu tentang masakan tradisional. 
“Hmm, masakan tradisional ya? Apa kita coba dulu aja? Tapi, aku juga minta tolong ibumu mengajariku ya.. Masalahnya, ibuku tidak sempat mengajariku. Karena beliau masih terlalu sibuk dengan pekerjaannya.” saran Dinda.
“Hmm.. nanti aku tanya ibuku dulu ya. Ya udah aku duluan ya, dadaa..” sapaku saat sudah mendekati rumah. Dinda masih jalan terus karena rumahnya sedikit lebih jauh dari rumahku.
“Okee! Dadaa…” Dinda menyapa balik lalu langsung melaju ke rumahnya.     
“Assalamu’alaikum…” kuucap salam sambil mengetuk pintu rumah. Tak lama kemudian, ibu membukakan pintu.
“Wa’alaikumsalam…” jawab ibu.
Aku langsung masuk kamar dan menaruh tasku. Karena gerah, aku langsung mengambil handuk dan segera mandi. Tak lupa aku mengambil air wudhu dan segera melaksanakan sholat Ashar berjama’ah bersama ibu. Ibuku adalah seorang pedagang, beliau berjualan bubur untuk membantu menghidupi keluarga. Sementara ayahku sudah meninggal sejak aku masih kecil. Jadi, hanya aku dan ibu berdua yang tinggal dirumah.
“Farah… Kamu nggak lapar? Tadi kan belum makan? Ini ada ikan asin. Alhamdulillah tadi ibu mendapat keuntungan yang lumayan, maka ibu belikan ikan asin untukmu.” jelas ibu.
“Alhamdulillah, makasih ya bu.. Besok Farah bantuin berjualan ya bu, besok Farah pulangnya agak pagi, jadi bisa bantuin ibu.”
“Baik, tapi kamu nggak capek nak?”
“Enggak bu, nggak apa-apa kok. Kalau Farah bantu, siapa tahu kita bisa mendapat keuntungan yang lebih bu.” aku meyakinkan ibu agar mengijinkanku membantu berjualan.
“Baiklah, tapi tetap jaga kesehatanmu ya nak. Jangan sampai sakit.”
“Iya bu..” akhirnya ibu mengijinkanku membantu berjualan bubur. Ibu biasa berjualan di dekat jalan raya karena ramai dan memungkinkan banyak pembeli.