Koperasi adalah organisasi
ekonomi yang dimiliki dan dioperasikan demi kepentingan bersama. Koperasi
melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan.
Dengan berkembangnya
zaman seperti saat sekarang ini, koperasi di Indonesia sepertinya perlu dan
bahkan sangat perlu mencontoh kepada sebuah klub sepakbola seperti Barcelona,
Real Madrid, Bayern Munich dan Borrusia Dortmund yang dikelola berdasarkan
prinsip koperasi.
Di Spanyol dan Jerman, 50%+1 dari kepemilikan klub
sepakbola dimiliki oleh suporter. Kondisi itu membuat suporter memiliki wewenang dalam menentukan
kebijakan bagi klub dan mencegah investor bertindak sewenang-wenang untuk meraup keuntungan. Dimilikinya klub oleh suporter juga membuat suporter memiliki kedekatan secara batin, tak
ragu untuk menggelontorkan uangnya bagi klub. Karena itu, fans adalah kunci
mengalirnya keuntungan kepada klub-klub Jerman dan Spanyol. Menyakitinya sama saja
dengan siap-siap berani menanggung kerugian. Hal itu yang menjadikan
tim-tim Jerman dan Spanyol
selalu memberikan pelayanan terbaik untuk para suporter.
Dalam sepekbola modern, suporter adalah sebuah kunci dalam
mendulang kesuksesan di industri sepakbola. Kontribusi utama dari suporter
seperti pembelian tiket dan merchandise resmi klub. Liga Jerman bahkan menjadi liga dengan peringkat teratas
dalam hal rataan kedatangan penonton ke stadion. Borussia Dortmund adalah klub
yang stadionnya selalu hampir terisi penuh yang mencapai 95% lebih kedatangan
penonton di setiap pertandingannya. Kita bandingkan dengan sepakbola Indonesia,
yang terbaru menurut berbagai media olahraga Indonesia adalah kasus Arema FC
dengan rataan kedatangan penonton terendah di Liga Gojek Traveloka membuat
undian sepeda motor untuk para penonton yang datang ke stadion. Sungguh sebuah
ironi ketika industri sepakbola yang harusnya berakar dari penonton sangat
sulit untuk ditarik ke stadion.
Di sepakbola eropa, kita tidak pernah
mendengar penunggakan gaji atau pemutusan kontrak sepihak karena pemain
mengalami cedera. Karena memang kekuatan koperasi demi mewujudkan kepentingan
bersama yang tentunya para suporter yang sangat cinta kepada klub tersebut.
Kita bandingkan dengan di Indonesia yang banyak sekali kasus penunggakan gaji,
yang paling sering disoroti adalah kasus penunggakan gaji dari Arema FC dan
bahkan para pemainnya berkeinginan untuk meninggalkan klub karena
ketidakjelasan soal gaji. Contoh lain adalah Alfin Tuassalamony seorang pemain
muda berbakat Indonesia yang pernah bermain di beberapa liga di Eropa, ketika
bermain di salah satu klub sepakbola Indonesia, dia mengalami cedera dan
langsung diputus kontrak tanpa adanya kompensasi. Sungguh masih banyak lagi
hal-hal yang tidak manusiawi dari sepakbola Indonesia.
Harapan pada masa depan koperasi di Indonesia dapat
memiliki klub sepakbola sendiri disetiap daerah. Karena seperti yang kita tahu,
bahwa industri sepakbola bisa menggerakan perekonomian sekitarnya. Bukan hanya
kontrak pemain, pelatih, tim medis, ataupun staf klub, bahkan sampai para
pedagang yang berjualan diarea stadion saat pertandingan berlangsung. Mengingat
antusiasme sepakbola yang sangat besar dari masyarakat Indonesia, tentunya
bukanlah sebuah harapan kosong ketika koperasi sepakbola mampu menggerakan
ekonomi Indonesia dan ini pun sesuai dengan landasan kegiatan koperasi untuk
gerakan ekonomi rakyat.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi
http://kopkuninstitute.org/2016/09/26/digdayanya-klub-sepak-bola-koperasi-eropa/
https://soccer.sindonews.com/read/924993/59/soal-dukungan-fans-klub-bundesliga-terbaik-1416152694
https://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi
http://kopkuninstitute.org/2016/09/26/digdayanya-klub-sepak-bola-koperasi-eropa/
https://soccer.sindonews.com/read/924993/59/soal-dukungan-fans-klub-bundesliga-terbaik-1416152694